Thursday, 25 January 2018

Cara Sterilisasi Kering dan Basah untuk Alat dan Bahan Uji

 Sterilisasi merupakan suatu proses untuk memusnahkan segala jenis mikroorganisme dan spora pada alat dan bahan yang akan digunakan. Sterilisasi terdiri dari 2 macam yaitu sterilisasi kering dan basah. Sterilisasi kering digunakan untuk mensterilisasi alat seperti sectio set, tabung reaksi ulir dan kapas serta cawan petri. Sedangkan sterilisasi basah digunakan untuk mensterilkan media.

Sterilisasi Kering    
     Alat – alat yang akan disterilisasi seperti tabung reaksi dan cawan petri yang telah digunakan untuk kegiatan uji mikrobiologi sebelumnya didestruksi terlebih dahulu pada autoclave dengan suhu 121oC selama 15 menit, kemudian dicuci dengan menggunakan sabun. Setelah itu dikeringkan lalu dibungkus rapat dengan menggunakan kertas pembungkus. Tabung reaksi non ulir sebelum dibungkus dengan kertas ditutup terlebih dahulu dengan menggunakan kapas. Selanjutnya disterilisasi menggunakan oven dengan suhu 170oC selama ± 2 jam. Sterilisasi panas kering pada temperatur lebih dari 150oC efektif menghancurkan mikroorganisme hidup dengan sebuah proses kehilangan kelembaban pada alat.
Sterilisasi kering dapat dilihat pada Gambar 4. Adapun langkah sterilisasi kering dengan oven di Balai KIPM Kelas II Semarang adalah sebagai berikut:
·      Cawan petri dan tabung reaksi yang akan disterilisasi dibungkus dengan kertas pembungkus supaya tidak terkontaminasi.
·      Setelah terbungkus rapi lalu dimasukkan kedalam oven.
·      Sterilisasi dilakukan selama ± 2  jam dengan suhu 170oC.
 Gambar 4. Sterilisasi Kering 

Sterilisasi Basah
Sterilisasi basah dapat menggunakan autoclave Hirayama tipe HVE-50. Sterilisasi basah menggunakan autoclave dengan suhu 121oC selama 15 menit. Suhu 121oC merupakan batas yang baik untuk membunuh mikroorganisme yang tahan pemanasan, terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sedangkan lamanya waktu sterilisasi yakni 10-15 menit merupakan perpanjangan waktu yang optimal untuk memberi kesempatan pada uap air agar meresap ke dalam sel/ bahan yang akan disterilkan.
Media yang akan disterilisasi di dalam erlemeyer, tabung reaksi maupun wadah kaca lainnya dibungkus dengan kertas agar dapat alumunium lalu di lapisi kertas pembungkus agar tidak terkontaminasi. Sterilisasi basah dapat dilihat pada Gambar 5. Adapun cara sterilisasi basah adalah sebagai berikut:
·      Dicolokkan kabel autoclave ke sumber listrik.
·      Ditekan tombol “ON
·      Dibuka tutup autoclave (unlock), kemudian dimasukkan alat dan bahan yang akan disterilisasi.
·      Setelah semua alat dan bahan dimasukkan dengan rapi, autoclave kemudian ditutup (lock).
·      Ditekan tombol “Mode 1”, kemudian tekan tombol “next”.
·      Diatur suhu 121oC dan tekan “set”, kemudian tekan tombol “next”.
·      Diatur waktu sterilisasi, yaitu 15 menit, kemudian tekan tombol “next”.
·      Ditekan tombol “START
·      Ditunggu hingga suhu menurun menjadi 75o


·      Dibuka autoclave.
                                                                
                                                                Gambar 5. Sterilisasi Basah 
Sterilisasi cawan petri dilakukan dengan dua tahap, pertama cawan petri direbus dalam air hingga mendidih kemudian ditiriskan di bawah sinar matahari hingga kering, selanjutnya cawan petri dibungkus dengan koran. Tahap kedua cawan petri dimasukkan ke dalam open dengan suhu 180ºC selama tiga jam. Sterilisasi media untuk peremajaan cendawan dilakukan dengan cara sterilisasi panas-lembab yaitu menggunakan autoclavedengan uap air jenuh bertekanan 1 atm selama 15 menit pada suhu 121ºC. Sterilisasi alat-alat seperti jarum inokulasi dilakukan dengan cara pembakaran atau bisa juga dengan merendam terlebih dahulu dalam alkohol 70% (Budi et al., 2010).
Daftar Pustaka:
Budi, Sri Wilarso., Erdy Santoso dan Akhmad Wahyudi. 2010. Identifikasi Jenis-jenis Fungi yang Potensial terhadap Pembentukan Gaharu dari Batang Aquilaria spp. JurnalSILVIKULTUR Tropika. 1(1).

ALAT DAN BAHAN UNTUK PENGUJIAN BAKTERI Escherechia coli

     Alat-alat yang digunakan pada kegiatan Praktik Kerja Magang di Laboratorium Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan sesuai dengan SNI 01-2332.1-2006 adalah sebagai berikut:
·      Waterbath                               : untuk menginkubasi bakteri dengan suhu 45ºC± 1ºC
·      Inkubator                                : untuk menginkubasi bakteri dengan suhu 35ºC ± 1ºC
·      Stomacher                              : untuk memperluas permukaan sampel
·      Botol pengencer                     : untuk meratakan medium dengan mikroorganisme
·      Tabung durham                      : sebagai indikator adanya gas
·      Cawan petri                            : sebagai tempat media
·      Lampu UV                              : untuk mebunuh bakteri ketika telah melaksnakan pengujian mikrobiologi
·      Tabung reaksi                        : sebagai tempat larutan dan media
·      Erlemeyer                               : sebagai tempat larutan dan media
·      Rak tabung reaksi                  : sebagai tempat tambung reaksi
·      Timbangan                             : untuk menimbang sampel dan bahan yang digunakan
·      Mikroskop                              : untuk mengamati bakteri gram positif atau gram negatif
·      Pipet gelas                              : untuk mengambil larutan
·      Jarum ose                              : untuk mengambil isolat bakteri
·      Beaker glass                          : sebagai tempat larutan dan media
·      Laminary flow                         : untuk melindungi media dan analis ketika uji
     safety cabinet                           biokimia
·      Laminary flow                         : sebagai tempat untuk menuang media dan uji kontaminasi
·      Autoclave                               : untuk mensterilkan alat dan bahan
·      Magnet stirer                          : untuk melarutkan larutan hingga homogen
·      Hot plate                                 : untuk memanaskan dan menghomogenkan larutan
·      Gelas ukur                              : untuk mengukur larutan yang dibutuhkan
·      Bunsen                                   : untuk mensterilkan jarum inokulasi
·      Freezer                                   : sebagai tempat menyimpan sampel dan retain sampel
·      Refrigerator                            : sebagai tempat untuk menyimpan media
·      Blue tube                                : untuk mengambil larutan 1 ml
·      Mikro pipet                             : untuk membantu mengambil larutan
·      Sectio set                               : untuk membedah sampel
   Adapun bahan-bahan yang digunakan kegiatan Praktik Kerja Magang di Laboratorium Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan adalah sebagai berikut:
·      Lauryl tryptose broth (LTB)    : sebagai bahan pembuatan media LTB           
·      EC broth                                 : sebagai bahan pembuatan media EC broth
·      Levine’s eosin methylen        : sebagai bahan pembuatan media L-EMB
     blue (L-EMB) agar                     Agar
·      Tryptone (tryptophane)          : sebagai bahan pembuatan media indol
     broth
·       MR-VP broth                         : sebagai bahan pembuatan media MR-VP broth
·      Simmon citrate agar               : sebagai bahan pembuatan media citrate miring
·      Plate count agar (PCA)          : sebagai bahan pembuatan PCA miring
·      Lactose broth (LB)                 : sebagai bahan pembuatan LB
·      Larutan Butterfield’s               : sebagai bahan pembuatan media BFB
     Phospate Buffered (BFB)
·      Larutan 0,5% pepton water    : sebagai bahan pembuatan media gula
·      Pereaksi Kovacs                    : sebagai reagen pada saat uji indol
·      Pereaksi Alpha Naphtol         : sebagai reagen pada saat uji VP
·      KOH 40%                               : sebagai reagen pada saat uji VP
·      Indikator methyl red (MR)      : sebagai reagen pada saat uji MR
·      Pereaksi pewarnaan gram     : sebagai reagen uji morfologi
·      Alkohol 70%                           : untuk pengkondisian aseptis
·      Aquades                                 : sebagai larutan pengencer
·      Alumunium foil                        : untuk membungkus media
·      Kertas                                     : untuk membungkus alat dan bahan saat sterilisasi
·      Kapas                                     : untuk menutup tabung reaksi
·      Karet gelang                           : untuk mengikat media
·      Tissue                                    : untuk membersihkan alat
·      Kertas label                            : untuk menandai media
·      E. coli ATTC 25922                : sebagai kontrol positif
     Guna menguji keberadaan Escherechia coli menurut Faridz (2007), peralatan yang dibutuhkan antara lain stomacher ,inkubator 35º±1ºC, mikroskop, tabung reaksi, tabung durham, cawan petri, pipet, bunsen, water bath, dan jarum inokulasi dengan diameter bagian dalam 3 mm. Sedangkan media dan pereaksi yang digunakan  yaitu Plate Count Agar (PCA), larutanButterfield’s Phosphate Buffered (BFB), Lauryl Triptose Broth (LTB), Simmon Citrate Agar, EC Broth, Levine Eosin Methylene Blue Agar (L-EMB), Tryptone atau Trypcase Broth (TB) 1%, MR-VP Broth, Koser Citrate Broth, Reagen Konvac, Reagen Methyl Red Indikator (MR), ReagenPewarnaan gram dan Alpha napthol.
Daftar Pustaka:

Faridz, Raden., Hafiluddin dan Mega Anshari. 2007. Analisis Jumlah Bakteri dan KeberadaanEscherichia coli pada Pengolahan Ikan Teri Nasi di PT. Kelola Mina Laut Unit Sumenep.Embryo. 4(2).
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2006. Cara Uji Mikrobiologi-Bagian 1 : Penentuan Coliformdan Escherechia coli Pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. SNI 01-2332.1-2006. 21 hlm.

PENANGANAN DAN PEMERIKSAAN SAMPEL


   Sampel merupakan bagian dari suatu produk yang akan diuji. Setiap sampel yang diterima oleh petugas penerima sampel akan diperiksa sesuai dengan permohonan dari pengguna jasa. Prosedur penanganan sampel di Balai KIPM Kelas II Semarang meliputi prosedur ekspor, impor, domestik masuk dan domestik keluar. Penanganan sampel harus dilakukan dengan baik dan hati-hati dari mulai penerimaan sampel sampai dengan analisa. Penanganan sampel yang kurang baik dan tidak sesuai prosedur akan mempengaruhi kebenaran hasil uji.
Penanganan sampel yang dilakukan di Balai KIPM Kelas II Semarang mempunyai prosedur diantaranya transportasi, penerimaan, penanganan, penyimpanan, retensi dan atau pemusnahan sampel. Prosedur penanganan sampel adalah sebagai berikut:
·     Sampel yang diterima oleh petugas di bagian tata usaha, selanjutnya dibawa ke petugas penerima sampel dibagian pengujian.
·     Sampel yang diterima ditangani oleh petugas sesuai dengan jenis dan kondisi sampel.
·     Sampel yang diterima direkam dalam buku penerimaan dan diberi identitas atau kode sampel.
·     Apabila tidak memungkinkan untuk segera diuji, petugas menyimpan sampel sesuai dengan karasteristik sampel.  Sampel dalam bentuk beku disimpan dalam freezer, sampel segar dalam refrigerator atau pada kondisi yang sesuai. Sedangkan sampel dalam bentuk kering dijaga agar tidak terpengaruh oleh kelembaban dan suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah dan sedapat mungkin terhindar dari cahaya matahari langsung sebelum diuji. Prosedur dan fasilitas penanganan ini dimaksud agar sampel yang telah dilakukan pengujian dapat digunakan kembali karena dipastikan sampel tersebut tidak mengalami kerusakan atau cacat.
Kesegaran ikan menurut Metusalach et al (2014), ikan yang baru saja mati berada dalam tingkat yang maksimum, artinya kesegaran ikan tidak bisa ditingkatkan hanya dapat dipertahankan melalui prinsip penanganan yang baik dan benar. Prosedur penanganan ikan segar meliputi seluruh kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan mutu ikan mulai dari saat ikan tertangkap sampai ikan tersebut dikonsumsi. Dalam praktiknya, hal ini berarti menghambat atau menghentikan pembusukan, mencegah kontaminasi dan menghindarkan kerusakan fisik terhadap ikan.
Berdasarkan SNI ikan beku 4110:2014 batas persyaratan mutu Escherechia coli adalah <3 APM/g sehingga penting diadakannya sosialisasi untuk pengusaha menengah agar mampumemenuhi persyaratan mutu dan keamanan ikan beku. Sosialisasi ini bertujuan untukmencegah ikan yang akan dikonsumi agar tidak tekontaminasi bakteri patogen dengan menerapkan teknik penanganan dan sanitasi yang baik. Teknik penanganan ikan menurut Munandar et al (2009), yang paling umum dilakukan untuk menjaga kesegaran ikan adalah penggunaan suhu rendah.
Tahapan sebelum pelaksanaan pendistribusian sampel dilakukan hal-hal sebagai berikut:
·      Produk segar dan sampel air segar segera diuji
·      Produk beku dilelehkan dengan cara produk dimasukan ke dalam plastik (poly bag) kemudian di aliri dengan air mengalir hingga meleleh atau sesuai karakteristik produk tersebut.
·      Produk beku yang sudah dilelehkan untuk pengujian mikrobiologi, diambil sampel secara acak kemudian ditimbang dan dimasukan ke dalam cawan petri steril. Perlakuan dalam penimbangan sampel harus secara aseptis. Gambar penanganan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.

               Gambar 3. Penanganan Sampel (Balai KIPM Kelas II Semarang, 2017)


     Selama kegiatan praktik dan pengamatan, penanganan sampel telah dilakukan sesuai standar yang disyaratkan. Hal ini dimaksudkan agar produk perikanan tersebut mempunyai jaminan mutu yang baik. Apabila jumlah sampel yang masuk dalam jumlah yang besar dan tidak dapat ditangani seluruhnya maka sampel segera disimpan dalam freezer dan refrigeratoruntuk menjaga dan melindungi dari penurunan mutu dan terhindar dari kontaminasi silang. Teknik penanganan ikan menurut Meiriza et al (2016), yang paling umum dilakukan untuk menjaga kesegaran ikan adalah penggunaan suhu dingin dan pembekuan. Pada kondisi suhu rendah pertumbuhan bakteri pembusuk dan proses-proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan yang mengarah pada kemunduran mutu menjadi lebih lambat.

Cara Melakukan Uji Pewarnaan Gram Pada Bakteri

Pewarnaan gram merupakan salah satu metode pengujian bakteri untuk menentukan apakah bakteri tersebut termasuk ke dalam bakteri Gra...

Akun